Kebudayaan Sunda
Budaya Sunda, dikenal sebagai budaya yang menjunjung tinggi
sopan santun. Pada umumnya budaya Sunda memiliki karakter ramah, mudah senyum,
sopan, lembut dan sangat hormat kepada orang tua. Didalam budaya Sunda, mereka
diajarkan bagaimana berbicara lembut terhadap orang yang lebih tua.
Kebudayaan Sunda merupakan salah satu budaya tertua yang ada
di nusantara, Sistem kepercayaan spiritual tradisional Sunda adalah Sunda
Wiwitan yang mengajarkan keselarasan hidup dengan alam. Terdapat beberapa ajaran budaya Sunda tentang
jalan menuju keutamaan hidup. Etos dan watak Sunda itu adalah cageur,
bageur, singer dan pinter, yang dapat diartikan "sembuh" (waras),
baik, sehat (kuat), dan cerdas.
Kebudayaan Sunda memiliki macam-macam seni dan budaya, diantaranya:
1. Wayang Golek
Wayang Golek |
2. Degung
Degung |
3
. 3. Kuda Renggong
Kuda Renggong |
UPACARA ADAT PERKAWINAN SUKU SUNDA
Adat Sunda merupakan salah satu pilihan
calon mempelai yang ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya
mempelai yang berasal dari Sunda. Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang
tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting seorang gadis. Lamaran dilaksanakan
oleh orang tua calon pengantin beserta keluarga dekat. Disertai seseorang
berusia lanjut sebagai pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirih
pinangkomplit, uang, seperangkat pakaian wanita sebagai pameungkeut (pengikat).
Cincin tidak wajib harus dibawa. Misalnya dibawa, biasanya berupa cincing
meneng, melambangkan kemantapan dan keabadian.
Tunangan, dilakukan ‘patuker beubeur
tameuh’, yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si
pihak wanita.
Seserahan (3 - 7 hari sebelum pernikahan).
Calon pengantin pria membawa pakaian, uang, perabot rumah tangga, makanan,
dan lain-lain.
Ngeuyeuk seureuh Dipimpin pengeuyeuk. Pengeuyek
mewejang kedua calon pengantin agar meminta ijin dan doa restu kepada kedua
orang tua serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan
berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya. Diiringi lagu kidung oleh
pangeuyeuk Disawer beras, agar hidup sejahtera. dikeprak dengan sapu lidi
disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan giat bekerja. Membuka kain putih
penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan
belum ternoda.Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon pengantin
pria). Bermakna agar keduanya saling mengasihi dan dapat menyesuaikan
diri.
Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan. Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat nikah. Sungkeman,Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.Saweran, kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantindipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.Meuleum harupat, pengantin wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan kendi air. Lantas harupat dipatahkan pengantin pria. Nincak endog, pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas kakinyadicuci dengan air bunga dan dilap pengantin wanita.Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan.
dikutip dari http://www.hadisukirno.com/artikel-detail?id=193
Tidak ada komentar:
Posting Komentar